Latest News

Jodoh dan Dampak Telat Nikah

Dampak Telat Nikah
Memangnya begitu seriuskah dampak telat nikah? Kasus orang-orang yang terlambat menikah bukanlah problem sederhana yang tidak layak diperhatikan. Sejumlah kasus justru memperlihatkan adanya dampak ‘bola biliard’ atau pengaruh berantai dari fenomena telat nikah ini. Tekanan yang dialami seseorang yang belum menikah hingga usia 40 tahun akan membawa efek depresi yang cukup kompleks.

Tekanan ini selain berasal dari keluarga dan masyarakat, juga ketakutan terhadap gambaran masa depan yang akan dilalui seorang diri, tanpa meninggalkan sejarah apapapun. Tekanan batin ini kadang berbaur dengan tekanan terhadap kebutuhan biologis yang tidak tersalurkan secara aman dan alami.

Memang cukup beragam penerimaan yang dialami seseorang terhadap kasus terlambat menikah tersebut. Ada yang secara santai menerimanya dengan lapang dada dan menjalaninya dengan tetap berharap akan datangnya jodoh. Namun ada juga yang mengalami depresi, sehingga harus berkonsultasi dengan psikiater. Pada umumnya, beban akibat dampak telat nikah ini lebih berat dialami kaum perempuan dibanding kaum laki-laki.

Pandangan masyarakat terhadap perempuan yang terlambat menikah terasa lebih minor, karena dianggap sebagai perempuan yang ‘tidak laku.’ Pandangan ini juga dialami perempuan dengan status janda yang disandangnya setelah bercerai. Begitu juga kemampuan kaum perempuan untuk melahirkan anak, yang secara fisik terbatasi oleh usia, seakan membuat kaum perempuan dikejar waktu dalam hal menikah.

Sedangkan bagi laki-laki, antara faktor kebutuhan dan kewajiban seolah saling menutupi. Sehingga tidak sedikit laki-laki yang memilih menunda menikah sebelum merasa mampu dengan penghasilannya yang dapat menghidupi istri dan anak-anaknya nanti. Meski pandangan masyarakat terhadap laki-laki yang terlambat menikah juga minor, namun tidak sekeras terhadap kaum perempuan.

Dari sejumlah kasus yang terjadi di dalam masyarakat, tidak mudah memahami fenomena terlambat menikah ini. Lebih-lebih pada kaum perempuan. Memang tidak sedikit perempuan yang melajang karena terlalu asyik mengejar karier. Namun ketika dia sudah mendapatkan harta dan kedudukan, justru tidak ada laki-laki yang ‘berani mendekat.’

Tidak sedikit pula perempuan yang memutuskan untuk menutup pintu hatinya bagi laki-laki karena patah hati. Namun setelah usia terlanjur uzur, penyesalan pun muncul. Tidak sedikit pula kasus yang sama juga terjadi karena faktor fisik atau penampilan.  Yah, siapapun yang akan membangun perkawinan tentunya berharap akan mendapatkan jodoh dan pasangan hidup yang dicintainya. Bukan karena dijodohkan atau kawin terpaksa. Inilah dampak telah nikah yang tak terelakkan!