Latest News

Menikah Itu Perjuangan

Menikah Itu Perjuangan
Mungkin benar kata para bijak bahwa menikah itu perjuangan tiada akhir. Membangun rumahtangga bukanlah pekerjaan gampang. Tidak sedikit perkawinan yang kandas di tengah jalan meski baru berjalan beberapa tahun. Kita juga tidak  menutup mata terhadap kenyataan banyaknya pernikahan yang telah berjalan lebih dari sepuluh tahun bebas dari goncangan hebat.

Persoalannya adalah mengapa sebuah perkawinan tidak selalu langgeng ? Pertanyaan ini mungkin relatif mudah untuk dijawab. Bisa karena pertengkaran, terjadinya kekerasan fisik, sudah tidak cocok lagi,  bukan jodohnya, adanya pihak ketiga, faktor ekonomi, atau karena sudah tidak ada lagi cinta. Berbagai alasan lainnya dengan gampang bisa kita dapatkan untuk menunjukkan bahwa sebuah perkawinan sudah tidak bisa dipertahankan lagi.

Tampaknya yang justru perlu direnungkan adalah mengapa sebuah perkawinan bisa hancur dan berakhir dengan perceraian? Apalagi tidak sedikit pula perceraian yang terjadi malah menimbulkan dendam, perebutan atas hak asuh anak dan harta gono-gini, bahkan memicu permusuhan antara dua keluarga besar masing-masing suami-istri. Dampak lebih jauh adalah beban psikologis dan pengaruh negatif yang dialami anak-anak.

Melihat makin besar dan kompleksnya persoalan yang timbul dalam pernikahan, diperlukan langkah yang lebih komprehensif dan terpadu dalam penanganannya. Sehingga apabila dalam suatu keluarga sedang mengalami pergeseran makna atau muncul gejala-gejala disharmoni, maka sebaiknya perlu segera dikonsultasikan ke lembaga atau ahli yang berkompeten untuk itu.

Dalam banyak kasus ditemukan bahwa berbagai problema sosial yang terjadi berpangkal pada keluarga, khususnya pada suami atau istri. Kasus-kasus kenakalan remaja yang semakin meresahkan masyarakat pun sebagian besar berpangkal pada perselisihan ayah atau ibu di rumah.

Di sisi lain, kita juga harus mengakui bahwa banyak pernikahan yang  tidak dipersiapkan dengan baik. Para calon suami istri cenderung sekedar mengikuti alur alamiah, yaitu dewasa, punya pekerjaan tetap, dan menikah.  Padahal, dalam sejumlah besar kasus, banyak jumlah perceraian ternyata berpangkal pada kurangnya kesiapan  masing-masing pasangan.

Begitu juga pernikahan yang diawali dengan lamanya proses berpacaran, tidak pula menjamin bahwa rumah tangganya lebih langgeng dibandingkan perkawinan karena dijodohkan orang tuanya atau yang proses perkenalannya hanya sebentar atau bahkan tanpa pacaran. Mungkin, menikah itu perjuangan menepis ego untuk membangun saling pengertian dan penghargaan antara suami dan istri.