Latest News

Melongok Fenomena Perselingkuhan

Fenomena Perselingkuhan
Masalah perselingkuhan kerap menjadi pemicu terjadinya berbagai kasus perceraian. Apalagi fenomena perselingkuhan ini dominan dan banyak terjadi pada rumah tangga yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas, khususnya di kota besar. Menariknya lagi, wanita juga turut menjadi pelaku perselingkungan meskipun jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan yang dilakukan pria.

Untuk kasus seperti ini, penyulut masalah setidaknya berasal dari dua sumber, yaitu :

  1. Kondisi rumah tangga yang berkecukupan secara ekonomi dan terjebak pada kehidupan rutinitas yang membuat jenuh. 
  2. Kecukupan ekonomi yang diperoleh dengan kerja keras mendorong seseorang untuk mencari ‘kesenangan di luar rumah’ sebagai bentuk atau jalan pelampiasan atau mengurangi tingkat stress yang dideritanya di tempat kerja. 
Sosiolog Belanda berkebangsaan Vietnam, Than dam Truong, menyatakan bahwa kapitalisme dan materialisme yang telah menguasai dunia sekarang ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keseimbangan psikologis penganutnya.

Penyebab Perselingkuhan

Pola kapitalisme yang efisien dan total, telah mengkondisikan bentuk kerja yang dinamis, cepat, dan selalu berkejaran dengan waktu. Sehingga akibat berupa ketegangan, stress, atau depresi, harus diimbangi dengan mekanisme relaksasi berupa rest & recreation untuk menyeimbangkan kondisi psikologisnya.

Pengejawantahan dari kenyataan ini banyak kita temui di berbagai kota besar. Tawaran sarana hiburan, sajian paket-paket entertainment yang gemerlap, ataupun  ketersediaan tempat-tempat glamour yang menguras libido tak pernah sepi dari peminat meskipun harga tiket masuknya mahal sekali. Namun mereka menganggap hal ini bukan pemborosan melainkan konsekuensi dari kekayaan yang telah diperoleh dari kerja keras.

Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa fenomena perselingkuhan di Yogyakarta  menduduki peringkat utama dalam kasus problematika perkawinan. Faktor ini malah mencapai 49 persen dibandingkan penyebab lainnya. Artinya, separo penyebab problem pernikahan berupa perselingkuhan.

Sedangkan urutan berikutnya adalah masalah keluarga tidak harmonis atau pertengkaran yang berkepanjangan, komunikasi terputus, problem ekonomi, dan terakhir persoalan poligami.

Besarnya jumlah kasus pertengkaran maupun perceraian yang terjadi karena faktor ini menunjukkan semakin mudahnya orang melakukan perselingkuhan. Pernikahan sebagai bentuk ikatan sakral suami-istri dalam membangun rumah tangga sepertinya semakin terkikis. Namun inilah fenomena perselingkuhan yang terjadi. Perkawinan tampaknya bukan lagi merupakan pagar normatif yang pantang dilanggar atau menjadi penghalang orang melakukan perselingkuhan.