Latest News

Benarkah Cinta Sejati Menjamin Kebahagiaan?

cinta sejati
Pada posting sebelumnya telah dipaparkan kisah cinta sejati antara Adi dan Ani yang berlanjut ke jenjang pernikahan. Bagaimana perjalanan cinta mereka dan apakah mereka kemudian merasakan hari-hari penuh kebahagiaan?

Sebelum membaca artikel di bawah ini, sebaiknya Anda baca terlebih dahulu postingan sebelumnya tentang Makna Dari Sebuah Kisah Cinta Sejati.

Awalnya, kehidupan rumahtangga mereka berlangsung aman dan lancar. Dengan gaji yang mereka peroleh, kebutuhan ekonomi tidak menjadi masalah. Namun ketika usia pernikahan memasuki tahun yang ke-3, mulai muncul riak. Hal ini terjadi terutama ketika karier Adi makin menanjak. Adi sering dikirim ke luar kota, baik untuk mengikuti pelatihan, mewakili kantornya, maupun keperluan dinas lainnya.

Bagi Adi, kesempatan yang terbuka untuk kariernya harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebuah rumah yang cukup bagus pun sudah mereka dapatkan. Apalagi kemudian Adi juga mendapatkan kesempatan meneruskan pendidikannya dengan mengambil kuliah malam. Waktunya pun menjadi banyak tersita untuk pekerjaan dan kuliah. Hampir setiap hari Adi pulang larut malam, bahkan tak jarang hingga menjelang pagi.

Awalnya, Ani memaklumi keadaan Adi bahkan memberikan dukungan untuk kemajuan suaminya itu. Apalagi mereka belum memiliki anak. Namun lama-kelamaan, Adi seperti hanyut dan sibuk dengan karier dan dirinya. Sebagai istrinya, Ani sempat curiga dengan perubahan yang terjadi pada diri suaminya dan menyangka suaminya memiliki wanita lain (WIL). Tidak yakin dengan sangkalan Adi tentang kemungkinan perselingkuhan, Ani pun pernah membuntuti kegiatan suaminya. Dan tidak ditemukan bukti persangkaannya itu.

Kehidupan rumahtangga mereka pun tak semesra pas masa pacaran dulu. Perjalanan cinta sejati mereka pun seakan tak berbekas. Mereka malah sering bertengkar hanya gara-gara soal kecil. Kehidupan seksual mereka pun semakin renggang. Tak ada lagi komunikasi, apalagi sekedar ngobrol berdua. “Suami saya ternyata sangat ambisius. Semua pekerjaan kantor sepertinya hanya dia yang bisa mengerjakan. Dia sudah tidak perduli dengan istri dan rumahtangganya,” begitu komentar Ani.

Pernah pula Ani ingin meminta bantuan orang tuanya untuk mengatasi masalah rumah tangganya. Namun dia merasa malu, apalagi dahulu orang tuanya tidak merestui hubungan mereka. Sekarang Ani merasa dilematis. Meski dia masih berusaha untuk bertahan, namun dia menilai rumahtangganya seperti sudah berada di tepi jurang.

Dari kasus di atas kita bisa melihat bahwa kesiapan mental masing-masing pasangan dalam memasuki dunia rumah tangga terbilang rendah. Pernikahan yang dibangun semata-mata berbekal cinta sejati ternyata justru larut dalam gejolak emosi dan ego, seperti emosi dan ego cinta yang mempertemukan mereka.

Mereka pun terjebak pada situasi yang kontra-produktif, mereka tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri dan malu hendak meminta bantuan orang tua atau keluarga besarnya. Ternyata, slogan  cinta menjamin kebahagiaan tidak membuahkan bukti nyata. Semua berpulang kepada niat dan kesungguhan kita dalam mempertahankan dan menyuburkan cinta sejati agar selalu tarjaga dalam bangunan keluarga yang bahagia.